APLIKASI RADIOISOTOP DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Definisi
Radioisotop adalah isiotop dari zat radioaktif, dibuat
dengan menggunakan reaksi inti dengan neutron.
Misalnya 92 U 238 + 0 n 1 ® 29 U 239 + g
Penggunaan radioisotope, dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang meliputi:
Misalnya 92 U 238 + 0 n 1 ® 29 U 239 + g
Penggunaan radioisotope, dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang meliputi:
A.
Bidang Kedokteran
B.
Bidang biologi
C.
Bidang industri
D.
Bidang Arkeologi
E.
Bidang Pangan
F.
Bidang Kimia
G.
Bidang Hidrologi
A. Bidang
Kedokteran
a.
Ilmu Kedokteran Nuklir
Ilmu Kedokteran Nuklir adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan
sumber radiasi terbuka berasal dari disintegrasi inti radionuklida buatan,
untuk mempelajari perubahan fisiologi, anatomi dan biokimia, sehingga dapat
digunakan untuk tujuan diagnostik, terapi dan penelitian kedokteran.
Bidang kedokteran dapat dibedakan menjadi 2 macam :
Bidang kedokteran dapat dibedakan menjadi 2 macam :
v Radiologi, yaitu aplikasi teknologi nuklir dalam bidang kedokteran yang
memanfaatkan sumber radiasi tertutup (sealed source) ataupun sumber radiasi
yang dibangkitkan dengan bantuan peralatan, misalnya penggunaan jarum berupa
sumber radiasi Co60, Ra226, sinar-X dan linear accelerator (linac).
v Kedokteran nuklir, yaitu aplikasi teknologi nuklir dalam bidang kedokteran
yang memanfaatkan sumber radiasi terbuka (unsealed source), misalnya penggunaan
sumber radioaktif I131, P32, Tc99m, dan lain sebagainya.
Pembeda kedokteran
nuklir radiologi meliputi:
v Sumber Radiasi zat radioaktif yang terbuka pesawat pembangkit radiasi
v Pembentukan Citra Emisi radiasi, perbedaan akumulasi radioisotop dalam
berbagai bagian tubuh transmisi radiasi; perbedaan daya tembus radiasi terhadap
berbagai bagian tubuh
v Informasi yang diberikan terutama fungsional anatomis. Morfologis sejarah
kedokteran Nuklir dimulai sejak tahun 1901 oleh Henry Danlos. Pada waktu itu
Henry Danlos menggunakan Radium (Ra226) untuk pengobatan tuberculosis pada
kulit George C de Hevessy yang merintis pemakaian perunut zat radioaktif dalam
bidang kedokteran. Pada saat itu yang digunakan sebagai perunut adalah
radioisotop alam Pb212. Sedangkan bidang Radiologi ditemukan sejak tahun 1895
oleh C. Roentgen, seorang fisikawan Jerman. Pada tahun 1928 International
Commission on Radiological Protection (ICRP) menetapkan dosis radiasi yang
diizinkan.
Pada kedokteran Nuklir, radioisotop dapat dimasukkan ke dalam tubuh pasien
(studi invivo) maupun hanya direaksikan saja dengan bahan biologis antara lain
darah, cairan lambung, urine da sebagainya, yang diambil dari tubuh pasien yang
lebih dikenal sebagai studi in-vitro (dalam gelas percobaan).
Pada studi in-vivo, setelah radioisotop dapat dimasukkan ke dalam tubuh
pasien melalui mulut atau suntikan atau dihirup lewat hidung dan sebagainya
maka informasi yang dapat diperoleh dari pasien dapat berupa:
v Citra atau gambar dari organ atau bagian tubuh pasien yang dapat diperoleh
dengan bantuan peralatan yang disebut kamera gamma ataupun kamera positron
(teknik imaging)
v Kurva-kurva kinetika radioisotop dalam organ atau bagian tubuh tertentu dan
angka-angka yang menggambarkan akumulasi radioisotop dalam organ atau bagian
tubuh tertentu disamping citra atau gambar yang diperoleh dengan kamera gamma
atau kamera positron
v Radioaktivitas yang terdapat dalam contoh bahan biologis (darah, urine dsb)
yang diambil dari tubuh pasien, dicacah dengan instrumen yang dirangkaikan pada
detektor radiasi (teknik non-imaging).
Pada studi in-vitro, dari tubuh pasien diambil sejumlah tertentu bahan
biologis misalnya 1 ml darah. Cuplikan bahan biologis tersebut kemudian
direaksikan dengan suatu zat yang telah ditandai dengan radioisotop.
Pemeriksaannya dilakukan dengan bantuan detektor radiasi gamma yang dirangkai
dengan suatu sistem instrumentasi. Studi semacam ini biasanya dilakukan untuk
mengetahui kandungan hormon-hormon tertentu dalam darah pasien seperti insulin,
tiroksin dll.
Pemeriksaan kedokteran nuklir banyak membantu dalam menunjang diagnosis
berbagai penyakitseperti penyakit jantung koroner, penyakit kelenjar gondok,
gangguan fungsi ginjal, menentukan tahapan penyakit kanker dengan mendeteksi
penyebarannya pada tulang, mendeteksi pendarahan pada saluran pencernaan
makanan dan menentukan lokasinya, serta masih banyak lagi yang dapat diperoleh
dari diagnosis dengan penerapan teknologi nuklir yang pada saat ini berkembang
pesat. Disamping membantu penetapan diagnosis, kedokteran nuklir juga
berperanan dalam terapi-terapi penyakit tertentu, misalnya kanker kelenjar
gondok, hiperfungsi kelenjar gondok yang membandel terhadap pemberian
obat-obatan non radiasi, keganasan sel darah merah, inflamasi (peradangan)sendi
yang sulit dikendalikan dengan menggunakan terapi obat-obatan biasa. Bila untuk
keperluan diagnosis, radioisotop diberikan dalam dosis yang sangat kecil, maka
dalam terapi radioisotop sengaja diberikan dalam dosis yang besar terutama
dalam pengobatan terhadap jaringan kanker dengan tujuan untuk melenyapkan
sel-sel yang menyusun jaringan kanker itu.
Di Indonesia, kedokteran nuklir diperkenalkan pada akhir tahun 1960-an,
yaitu setelah reaktor atom Indonesia yang pertama mulai dioperasikan di
Bandung. Beberapa tenaga ahli Indonesia dibantu oleh tenaga ahli dari luar
negeri merintis pendirian suatu unit kedokteran nuklir di Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknik Nuklir di Bandung. Unit ini merupakan cikal bakal Unit
Kedokteran Nuklir RSU Hasan Sadikin, Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran. Menyusul kemudian unit-unit berikutnya di Jakarta (RSCM, RSPP, RS
Gatot Subroto) dan di Surabaya (RS Sutomo). Pada tahun 1980-an didirikan
unit-unit kedokteran nuklir berikutnya di RS sardjito (Yogyakarta) RS Kariadi
(Semarang), RS Jantung harapan Kita (Jakarta) dan RS Fatmawati (Jakarta).
Dewasa ini di Indonesia terdapat 15 rumah sakit yang melakukan pelayanan
kedokteran nuklir dengan menggunakan kamera gamma, di samping masih terdapat 2
buah rumah sakit lagi yang hanya mengoperasikan alat penatah ginjal yang lebih
dikenal dengan nama Renograf.
b.
Ilmu Kedokteran Nuklir Molekuler
Perkembangan disiplin ilmu baru yaitu ilmu kedokteran molekuler (moleculer
medicine). Beranjak dari konsep ilmu kedokteran molekuler, maka diagnosis,
terapi, dan pemantauan penyakit menjadi berdasarkan molekuler. Akan terjadi
perobahan cara pandang penyakit dari organ (organ oriented) menjadi molekuler
(moleculer oriented). Dengan keunikannya, ilmu kedokteran nuklir akan banyak
bersinggungan dengan ilmu kedokteran molekuler. Bidang garapan kedokteran
nuklir dimasa akan lebih tertuju pada studi in-vivo tentang metabolisme,
imunologi, serta reseptor seperti reseptor endokrin, tumor, dan
neorotransmiter. Radiofarmaka molekuler akan banyak digunakan, yang sebagian
berasal dari radionuklida waktu paroh pendek produksi siklotron. Perkembangan
tersebut melahirkan paradigma baru yaitu Kedokteran Nuklir Molekuler yang
merupakan penegasan dari hakikat ilmu kedokteran dalam perspektif perkembangan
ilmu dan teknologi kedokteran. Dari sudut pandang kedokteran nuklir molekuler,
masalah pasien akan dilihat sebagai disfungsi molekuler bukan kelainan
struktural.
B. Bidang Biologi
Perkembangan ilmu biologi molekuler sangat erat kaitannya dengan
analisis molekul kimiawi dalam tubuh mahluk hidup. Analisis molekul dapat
dilakukan berdasarkan atas reaksi kimiawi yang ditimbulkan oleh interaksi
dengan molekul yang lainnya atau berdasarkan struktur fisiknya. Beberapa metode
yang sering digunakan dalam studi biologi molekuler adalah penggunaan
radioisotop.
Isotop adalah elemen kimia yang intinya mempunyai jumlah proton
yang sama, akan tetapi massa atomnya (jumlah proton dan neutron) berbeda.
Beberapa isotop bersifat tidak stabil dan mengalami peluruhan secara spontan
yang terkadang diikuti oleh penyebaran radiasi elektromagnetik. Atom-atom yang
bersifat demikian dinamakan Radioisotop.
Beberapa manfaat radioisotop dalam ilmu biologi:
v Radioisotop
banyak digunakan dalam studi biologi molekuler seperti menganalisis urutan basa
DNA. Urutan basa DNA dapat ditentukan dengan membaca autoradioaktivitas
fragmen¬- fragmen polinukleotida pada gel elektroforesis
v Radioisotop digunakan untuk mempelajari mekanisme reaksi
fotosintesis. Radioisotop berupa C-14 atau O-18 atau keduanya dapat mengetahui
asal usul atom oksigen ( dari CO2 atau dari H2O) yang membentuk senyawa glukosa
atau oksigen yang terbentuk pada proses fotosintesis
v Mempelajari proses penyerapan air dan sirkulasinya di dalam batang
tumbuhan
v Mempelajari pengaruh unsur-unsur hara selain unsure N, P dan K
terhadap perkembangan tumbuhan
v Memacu mutasi gen tumbuhan dalam upaya mendapatkan bibit unggul
v Isotop radioaktif seperti 3H, 14C, 32P, 35S, 86Rb, 125I dapat
digunakan untuk mengetahui aspek metabolik dalam sel, bakteri, yeast, tanaman,
binatang, dan manusia dalam mengurai sifat dasar pada materi genetik.
C.
Bidang Industri
a. Untuk Mendeteksi Kebocoran
Radioisotop digunakan
untuk mendeteksi kebocoran pipa yang ditanam di dalam tanah atau dalam beton.
Isotop dimasukannya ke dalam aliran pipa, maka kebocoran pipa dapat dideteksi
tanpa penggalian tanah atau pembongkaran beton. Radioisotop yang digunakan sebagai perunut untuk menguji
kebocoran cairan/gas dalam pipa misalnya sedikit garam 24NaCl di
masukkan kedalam aliran pipa, selanjutnya detektor geiger-Muller digerakkan
mengikuti aliran pipa. Selanjutnya Detektor akan menangkap radiasi pada pipa
yang mengalami kebocoran.
b.
Untuk
Menentukan Kehausan atau Keroposan Yang Terjadi pada Bagian Pengelasan atau
Logam
Jika bagian pengelasan
atau logam ini disinari dengan sinar gamma dan dibalik bahan itu diletakkan
film foto maka pada bagian yang terdapat kehausan atau kekeroposan akan
memberikan gambar yang tidak merata.
c. Untuk Mengetahui adanya Cacat pada Material
Pada bidang industri
aplikasi baja perlu dianggap bahwa semua bahan selalu mengandung cacat. Cacat
dapat berupa cacat bawaan dan cacad yang terjadi akibat penanganan yang tidak
benar. Cacat pada material merupakan sumber kegagalan dalam industri baja.
Penyebab timbulnya cacat pada material, meliputi desain yang tidak tepat,
proses fabrikasi dan pengaruh lingkungan. Desain yang tidak tepat meliputi pemilihan
bahan, metode pengerjaan panas yang tidak tepat dan tidak dilakukannya uji
mekanik. Proses fabrikasi meliputi keretakan karena penggrindaan, cacat proses
fabrikasi dan cacad pengelasan. Kondisi operasi lingkungan meliputi korosi.
Untuk mengetahui adanya cacad pada material makadigunakan suatu pengujian
material tak merusak yang salah satunya adalah dengan metode radiografi sinar
gamma.
Teknik radiografi
merupakan salah satu metode pengujian material tak-merusak yang selama ini
sering digunakan oleh industri baja untuk menentukan jaminan kualitas dari
produk yang dihasilkan. Teknik ini adalah pemeriksaan dengan menggunakan sumber
radiasi (sinar-x atausinar gamma) sebagai media pemeriksa dan film sebagai
perekam gambar yang dihasilkan. Radiasi melewati benda uji dan terjadi atenuasi
dalam benda uji. Sinar yang akan diatenuasi tersebut akan direkam oleh film
yang diletakkan pada bagian belakang dari benda uji. Setelah film tersebut
diproses dalam kamar gelap maka film tersebut dapat dievaluasi. Bila terdapat
cacad pada benda uji maka akan diamati pada film radiografi dengan melihat
perbedaan kehitaman atau densitas.
Pemilihan sumber
radiasi berdasarkan pada ketebalan benda yang diperlukan karena daya tembus
sinar gamma terhadap material berbeda. Pada sumber pemancar sinar gamma
tergantung besar aktivitas sumber. Sedangkan pemilihan tipe film sangat
mempengaruhi pemeriksaan kualitas material. Film digunakan untuk merekam gambar
material yang diperiksa. Pemilihan tipe film yang benarakan menghasilkan
kualitas hasil radiografi yang sangat baik. Pada umumnya kita mengenal dua
macam jenis film, yaitu film cepat dan film lambat. Pada film cepat
butir-butirannya besar, kekontrasan dan definisinya kurang baik. Sedangkan pada
film lambat butir-butirannya kecil, kekontrasan dan definisinya lebih baik.
Penentuan jarak sumber ke film (SFD) juga mempengaruhi hasil kualitas film
radiografi. Penghitungan SFD yang tidak benar mempengaruhi tingkat kehitaman
atau density hasil film radiografi sehingga akan mempengaruhi tingkat sensitivitas
atau tingkat ketelitian.
d. Mengontrol Ketebalan Bahan
Ketebalan produk yang berupa lembaran, seperti kertas film atau lempeng
logam
dapat dikontrol dengan radiasi. Prinsipnya sama seperti diatas, bahwa intensitas radiasi yang diteruskan bergantung pada ketebalan bahan yang dilalui. Detektor radiasi dihubungkan dengan alat penekan. Jika lembaran menjadi lebih tebal, maka intensitas radiasi yang diterima detektor akan berkurang dan mekanisme ala akan mengatur penekanan lebih kuat sehingga ketebalan dapat dipertahankan.
dapat dikontrol dengan radiasi. Prinsipnya sama seperti diatas, bahwa intensitas radiasi yang diteruskan bergantung pada ketebalan bahan yang dilalui. Detektor radiasi dihubungkan dengan alat penekan. Jika lembaran menjadi lebih tebal, maka intensitas radiasi yang diterima detektor akan berkurang dan mekanisme ala akan mengatur penekanan lebih kuat sehingga ketebalan dapat dipertahankan.
D. Bidang Arkeologi
Teknik penentuan umur suatu benda yang menggunakan radioisotop
disebut Carbon Dating. Prinsip kerja teknik ini adalah membandingkan
konsentrasi unsur karbon yang tidak stabil pada suatu benda dengan benda lainnya.
Teknik ini banyak digunakan oleh para ahli geologi, antropologi dan arkeologi
untuk menentukan umur benda yang mereka temukan.
Cara penentuan umur dengan radiokarbon pertamakali dikembangkan oleh W.F. Libby. Radiokarbon yang dimaksudkan di sini adalah atom karbon C-14 yang dihasilkan di atmosfer melalui reaksi yang diinduksi neutron berenergi. Pada mulanya sinar kosmik sebagian besar terdiri dari proton berenenrgi, hasil reaksinya dengan gas di atmosfer, dapat menghasilkan bernmacam-macam frragmen inti seperti neutron cepat yang bereaksi dengan isotop N-14.
Selain untuk menentukan umur benda-benda purbakala, radioisotop bisa dihgunakan di bidang seni. Dalam bidang ini, radioisotop dapat juga digunakan untuk mengetahui pemalsuan lukisan. Seorang pemalsu akan menggunakan cat yang dibuat pada abad sekarang. Dengan mengetahui banyaknya unsur radioaktif pada cat akan diketahui umur lukisan tersebut sebenarnya.
Cara penentuan umur dengan radiokarbon pertamakali dikembangkan oleh W.F. Libby. Radiokarbon yang dimaksudkan di sini adalah atom karbon C-14 yang dihasilkan di atmosfer melalui reaksi yang diinduksi neutron berenergi. Pada mulanya sinar kosmik sebagian besar terdiri dari proton berenenrgi, hasil reaksinya dengan gas di atmosfer, dapat menghasilkan bernmacam-macam frragmen inti seperti neutron cepat yang bereaksi dengan isotop N-14.
Selain untuk menentukan umur benda-benda purbakala, radioisotop bisa dihgunakan di bidang seni. Dalam bidang ini, radioisotop dapat juga digunakan untuk mengetahui pemalsuan lukisan. Seorang pemalsu akan menggunakan cat yang dibuat pada abad sekarang. Dengan mengetahui banyaknya unsur radioaktif pada cat akan diketahui umur lukisan tersebut sebenarnya.
E.
Bidang Pangan
Radioisotop juga dapat digunakan untuk pengawetan bahan makanan,
diantaranya adalah dengan cara menggunakan radiasi sinar gamma dari isotop
Co-60 dan pembekuan.
a.
Pengawetan
menggunakan radiasi sinar gamma
Radioisotop juga digunakan untuk radiasi bahan pangan seperti sayur
dan buah-buahan sebagai metode pengawetan. Radiasi dapat membunuh mikroorganisme
yang menyebabkan pembusukan makanan. Radiasi tidak mengubah warna, bentuk, dan
rasa makanan. Namuh hal itu tidak terbukti secara ilmiah. Tidak ada residu
radiasi dalam makanan setelah diradiasi sehingga makanan yang diawetkan dengan
radiasi cukup aman dikonsumsi.
b.
Pengawetan
dengan Pembekuan
Pada umumnya pembekuan produk pangan menggunakan teknologi
pembekuan (refrigerant) konvensional berbahan pendingin amonia atau di masa
lalu menggunakan freon-CFC (chloroflurocarbon) yang ternyata terbukti menjadi
gas-gas penyebab kerusakan ozon.
F.
Bidang Kimia
a. Radioisotop sebagai Perunut
Salah satu peran radioisotop adalah sebagai perunut. Teknik perunut
dapat dipakai untuk mempelajari mekanisme berbagai reaksi kimia esterifikasi,
fotosintesis dan kesetimbangan dinamis. Radiotracer (radionuklida perunut)
adalah spesi kimia yang mengandung radionuklida dan aktivitasnya dimonitor
untuk mengikuti proses kimia atau proses fisika, atau untuk menunjukkan posisi
atau lokasi suatu zat kimia
Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan radionuklida perunut :
Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan radionuklida perunut :
v Harus memiliki sifat kimia dan fisika yang sama dengan sistem yang
dipelajari.
v Radionuklida perunut harus memiliki waktu hidup yang cukup panjang
sehingga aktivitasnya dapat dideteksi dengan baik.
v Jenis radiasi yang dipancarkan harus menjadi pertimbangan terutama
kemampuan penetrasi dan kemudahannya untuk diukur.
b. Mempelajari Reaksi Esterifikasi
Reaksi esterifikasi yaitu reaksi pembentukan suatu ester yang dapat
dibentuk dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dan suatu
alkohol. Esterifikasi berkataliskan asam dan merupakan reaksi yang reversibel.
Asam karboksilat bereaksi dengan alkohol membentuk ester dan air.
c. Mempelajari Kesetimbangan Dinamis
Kesetimbangan dinamis kimia bersifat dinamis artinya bahwa dalam
keadaan setimbang reaksi tetap berlangsung dengan laju yang sama pada kedua
arah. Hal itu dapat dibuktikan sebagai berikut. Perhatikan kesetimbangan PbI2
(timbal (II) klorida) padat dan
larutan jenuhnya yang mengandung Pb2+(aq) dan I-(aq).
larutan jenuhnya yang mengandung Pb2+(aq) dan I-(aq).
d. Analisis/Titrasi Radiometri
Analisis radiometri adalah cara analisis kimia untuk unsur atau zat
tak radioaktif dengan jalan penambahan zat radioaktif dan Analisis radiometri
ini digunakan untuk menentukan kadar zat yang sangat rendah dalam suatu
campuran. Penentuan kadar Ag+ ataupun Cl- dapat
menggunakan radioisotop. Jika yang ingin ditentukan kadar Cl- maka yang
digunakan adalah Ag dalam bentuk radioisotop (110Ag+) dan
jika yang ingin ditentukan kadar Ag maka yang digunakan ion radioklor.
e. Analisis Pengenceran Isotop
Analisis pengenceran isotop untuk menentukan kadar suatu zat dengan
cara menambahkan zat radioaktif yang sudah diencerkan ke dalam zat yang akan
ditentukan kadarnya.
f. Analisis Aktivasi Neutron (AAN)
Analisis aktivasi neutron adalah adalah analisis unsur-unsur dalam
sampel yang didasarkan pada pengubahan isotop stabil oleh isotop radioaktif
melalui pemboman sampel oleh neutron atau proses pengaktifan neutron dapat
diartikan juga sebagai proses reaksi inti dimana unsur-unsur yang semula tidak
radioaktif berubah sifat fisikanya menjadi radioaktif sehingga dapat
memancarkan radiasi. Analisis pengaktifan neutron dilakukan untuk menentukan
zat yang berkadar rendah dengan cara menembak unsur yang dimaksud agar
menghasilkan radioisotop dan memancarakan sinar.
G.
Bidang
Hidrologi
Penggunaan radioisotop sebagai perunut untuk suatu penyelidikan
bertujuan untuk mendapatkan suatu informasi atau jawaban suatu permasalahan
hidrologi tertentu. Data atau informasi yang diperoleh akan menjadi masukan untuk
tindak lanjut perbaikan (problem solving) dari masalah yang dihadapi. Prinsip
dasar dari teknik perunut adalah penandaan (pelabelan) terhadap suatu sistem
(hidrologi) atau bagian dari sistem yang akan diselidiki, segala kelakuan dan
peristiwa yang dialami oleh sistem tersebut diketahui dari hasil pemonitoran
perunut yang memberikan informasi tentang kelakuan dari sistem secara
keseluruhan. Untuk dapat dipakai sebagai perunut, suatu bahan harus memenuhi
kriteria tertentu dimana bahan perunut tersebut harus dapat menyatu atau
menjadi bagian dari sistemnya, dan kehadirannya dalam sistem tidak boleh
mengganggu, mengubah atau mempengaruhi sistem yang diselidiki.
Beberapa
manfaat radioisotop dalam bidang hidrologi adalah:
v Penentuan Gerakan Sedimen di Pelabuhan dan Daerah Pantai
v Mendeteksi Zat Pencemar dalam Air
v Menentukan Kebocoran Dam atau Bendungan
v Mengetahui Gerakan Air Tanah
v Mengetahui Karakteristik Aliran Cairan di Sumur Minyak
v Pengukuran Debit Air Sungai
v Melakukan Studi Geothermal
v Teknik Gauging
Selain dengan teknik perunut radioisotop, dikenal pula teknik
gauging. Dalam teknik ini radioisotop digunakan sebagai sumber tertutup. Efek
radiasi terhadap system dapat mengetahui keadaan system tersebut. Penggunaan
teknik gauging ini antara lain untuk mengukur kandungan air dalam tanah,
kepadatan tanah, aspal dan beton. Teknik ini sangat luas pemakaianya dalam
teknik sipil antara lain pondasi bangunan, jalan raya, pembuatan tanggul dan
lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar